TErangi hidupmu dengan Pelita Islam #2

Cahaya Islam takkan pernah padam, walaupun samudera akan kering, Islam itu akan tetap ada untuk menerangi mereka yang memilih jalan tersebut. Cahaya diatas cahaya, menghinggapi orang yang dia pilih. Siapa pun itu mampu menggapainya. Anda adalah salah satunya, gapailah, dn berjalanlah menuju tuntunannya. Anda takkan lagi tersesat menemukan tempat yang sebenarnya yang akan kita datangi setelah dunia ini berakhir.

Islam memberi cahaya, walau Anda telah banyak melakukan dosa namun untuk sesaat Anda termenung dan tafakkur, lalu mengucapkan tobat, Astaqfirullah…….

Rasakan getaran perubahan dalam hidup setiap detiknya. Serasa semua sel-sel menjadi hidup setelah meresap energi tobat yang kita lakukan. Dan itulah awal dari pencarian jati diri dengn cahaya islam.

Hidup itu Sederhana jika kita Mau Menerimanya

Saya awali artikel ini dengan Salam Kebahagiaan. “Mengapa saya katakan hidup itu sederhana jika kita mau menerimanya“, karena hidup itu tujuannya untuk berbahagia. Dan bahagia itu cukup mudah didapatkan. Setiap orang mampu bahagia, saat ini juga. Merasa Berbahagialah ‘saat’ sekarang juga.

Hidup itu terbagi 3 berdasarkan waktu kejadiannya. Masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang. Masa lalu penuh dengan problematika positif dan negatif. Di dalamnya ada unsur prestasi yang pernah diraih ataupun unsur kebahagiaan yang sulit terlupakan. Di masa sekarang kita berada dalam pilihan setiap detiknya, “mau bahagia” atau “penuh kebimbangan”. Kita harus memilih sehingga hal-hal itu menjadi masa lalu saat itu juga. Kita tidak mampu menolak perasaan buruk mendekati kita jika mendengar, melihat maupun mengalami kemalangan atau kedukaan, namun di saat yang bersamaan pula, kita masih bisa saja memilih untuk merasa bahagia, karena itulah kesederhanaan hidup.

Bagaimana cara kita memilih kebahagiaan tersebut? Tentu saja, kita harus merubah persepsi kita terhadap perubahan yang terjadi dalam diri kita. Maksudnya, apakah lingkungan yang mengubah keadaan kita atau kitalah yang mengubah keadaan kita sendiri terhadap lingkungan? Persepsi inilah yang perlu kita luruskan. Jika kita masih menganggap bahwa keadaanlah yang mempengaruhi mood kita maka hati-hati, kita telah berada dalam hidup yang rumit alias terombang-ambing oleh pilihan-pilihan yang membingungkan dan keadaan-keadaan yang membuat kita stres akibat tagihan-tagihan, utang, cicilan dan lain sebagainya. Hal itu tidak bisa kita pungkiri dan hindari namun kita mampu menjalaninya hanya dengan perubahan persepsi kita bahwa, kitalah yang merubah atau mempengaruhi kondisi di sekitar kita.

Hidup berkekurangan bisa saja mengundang banyak masalah, makanya kita harus merubah realitas eksternal kita tersebut menjadi serba berkelimpahan. Namun, merubah realitas tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, hanya dengan ngepet,apakah kelimpahan itu akan datang sendiri?. Kalau begitu, bagaimana caranya kita keluar dari unsur utama penghalang kebahagiaan yaitu serba kekurangan? Satu-satunya cara adalah kita harus mulai dari saat ini merubah realitas internal kita, keadaan yang berada dalam diri sendiri, itulah persepsi kita. Mengubah persepsi itu ternyata sangat mudah. Kita hanya membutuhkan keterbukaan menerima hal-hal baru kedalam pemikiran kita.

Itulah kesederhanaan mencapai kebahagiaan dalam hidup kita. Assalam.

TErangi hidupmu dengan Pelita Islam #01

Tidak peduli dimana kita dilahirkan, apakah di bagian barat bumi, utaranya atau di luar angkasa mungkin, hidup kita harus diterangi dengan Pelita ISLAM.Islam memberi cahaya sehingga segala yang dikerjakan yang bersifat ibadah fardhu takkan menjadi beban kewajiban lagi tapi menjadi sebuah kenikmatan tersendiri yang setiap harinya ingin kita rasakan.

Cahaya Islam bagai wadah untuk bertemu dengan Sang Pencipta, karena kita sadar kita akan mati dan menuju kepada-Nya. Tidak ada satu pun yang kekal di dunia ini. Kita hanyalah seorang pengembara yang berusaha mengumpulkan bekal dari tantangan yang diberikan setiap saatnya. Kita hanyalah mampir di tempat yang bulat ini untuk menikmati sesaat indahnya dunia lalu kita pun harus siap siaga jika telah dipanggil nanti dan alangkah indahnua jika pelita Islam menerangi jalan kembali kita Insya Allah nanti…Amin ya Allah.

Kuingin Menolak Hidup ini {Tanya kenapa}

Hidup ini memang penuh dengan tantangan. Semakin tinggi orang mendaki maka semakin besar pula angin yang akan menerpa kita. Namun berhenti pun tak ada gunanya kecuali jika kita turun kembali ke posisi semula, sungguh merugi yang seperti itu. Hidup itu selalu terekam oleh memori kita. Sejauh mana kesuksesan yang kita raih, akan mempengaruhi kualitas hidup kita.

Seandainya mungkin, kuingin menolak hidup ini. Dikarenakan masalah dan konflik kian menghantui diri kita mulai dari mata terjaga hingga terpejam kembali dan memang pepatah mengatakan, “ddepresi terbesar di dunia ini adalah hidup itu sendiri”. Dan pergolakan peperangan yang terbesar pula adalah perang spiritual yang adala dalam diri dan di sekitar lingkungan kita.

Disadari atau tidak, kita telah turut serta membentuk keadaan lingkungan kita. Terkadang orang yang selalu menerima tantangan dengan hati yang tulus maka lingkungan yang ditempatinya pun akan terasa sejuk di hati untuk dimasuki, begitu pun sebaliknya. Daerah yang tidak terbekahi berarti masyarakat yang di dalamnya kurang pemberdayaan diri.

Memang, segala perubahan dimulai dari diri sendiri. Diri sendiri itu meliputi proses berpikir dan perasaan kita. Jika ke-2 nya terjaga dengan baik maka, yakin saja kita akan mencapai yang namanya masyarakat madani, impian semua negara.

Namun, krisis kepercayaan selalu mewarnai ajang pertarungan hidup ini. Sedangkan kepercayaan ini adalah produk tertinggi dari pikiran dan perasaan. Jika hal ini terus berlanjut maka entah apa yang akan terjadi di lingkungan kita. mungkin saja, lingkungan kita akan dipenuhi dengan kebisuan alam, dimana-mana tersebar penyakit mematikan dan di segala penjuru akan kendatangkan berbagai konflik tak bersolusi, Naudzubillahi min zalik.

Untuk itu, wahai kawan-kawan, bentuk komunitas manusia handal, dimana di dalamnya kita saling menopang dan mendukung untuk mencapai keutuhan sebagai hamba yang tunduk kepada Sang Pencipta, karena, hanya pada Allah-lah kita bersandar akan segala permohonan dan perlindungan. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Ridho Allah SWT.

Hidup itu untuk Belajar

Terkadang kita membuat batas-batas dalam hidup sendiri. Kita tidak boleh beginilah, hindari perbuatan inilah dan apa yang terjadi, malah semua yang kita buat aturan akhirnya itulah yang tertarik kedalam hidup kita, yaitu pelanggaran terhadap aturan itu sendiri. Mengapa demikian? karena kita tidak pernah mau belajar. Kita menganggap usia segala-galanya, ya…kalo udah tua berarti sudah hebat. Belum tentu. Usianya hanyalah bekal pertama orang untuk hidup, namun eksistensinya sebenarnya adalah, sudah berapa hal yang telah kita pelajari baik hikmahnya, hakikatnya dan makna yang terkandung didalam hidup itu.

Terlepas dari keinginan kita, sudah sejauh ,mana kita memberi makna kepada pekerjaan sehari-hari kita? Apakah proses pemaknaan dalam bekerja itu sudah kita lakukan? Jika belum, maka kita belum belajar. Bukan di bangku sekolah saja kita belajar, akan tetapi seluruh aktifitas yang kita isi dalam waktu kita, itu pun layak dikatakan belajar. Siapa jadi gurunya? Kita masing menjadi guru untuk satu sama lain.

Jangan sampai kita menunggu adzab Allah SWT baru kita mau sadar, misalnya, jangan sampai salah satu syaraf gigi kita dicabut dengan izin Allah SWT, baru kita mau belajar untuk rajin menjaga gigi tersebut.

Semua orang harus belajar antara satu dengan yang lainnya. Karena, fenomena hidup itu tidak akan berhenti pada satu sikap saja, tapi kita harus mengumpulkan berbagai solusi hidupn dari orang lain, dan itu hanya akan kita mengerti jika kita mau belajar. Assalam

sisA ingatankU

Jalan itu selamanya pasti lurus, namun ingatan ini masih sering dibingungkan oleh Warna dan Cahaya. Semuanya kemungkinan berubah namun satu jalan itu tidak akan mungkin bergeser, jalan kehidupan. Kita hanya dibekali ingatan yang utuh. Jika dimanfaatkan dengan baik maka akan mampu menyelematkan kita pada kesesatan.

Ingatan itu memiliki jangka waktu. Di usia sekarang mungkin saja ingatan itu melewati batas standar namun di saat usia sudah menua, ingatan ini kian berkurang, mungkin saja sedang mengalami chaos akibat keseringan dipakai untuk sesuatu hal yang difokuskan. Ingatan itu merupakan sebuah daya yang saling terkoneksi terhadap impuls dan respon. Ingatan mengolah semua info yang telah diraup dari lingkungan. Ingatan yang baik bersumber dari perlakuan yang baik pula dan jika ini dibuka kembali atau diputar kembali dalam benak maka aura yang terasa akan masih seperti saat hal itu terjadi. Namun sebaliknya, ingatan itu pun bisa membuat orang terpukul akibat traumatis dari perlakuakn buruk baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Tidak heran jika, sebagian dari kita menganggap perlakuan buruk seseorang kepada orang lain adalah sebuah pengaruh buruk buat daya ingatan kita.

Ingatan itu berproses seperti loncatan listrik dalam otak kita. Tegangan yang stabil di otak kita akan mampu merawat ingatan itu hingga waktu yang lama. Pernahkah kita pelupa? itu dikarenakan ingatan-ingatan negatif kita mengikis daya ingatan itu sendiri. Namun solusi efektif untuk merefres kembali ingatan itu adalah tangisan dalam taubat. Bersegeralah bertaubat agar segala ingatan negatif berupa penyesalan akan dosa bisa terhapus dari ingatan ini dan kita mampu melangka mulus melewati jalan yang lurus tersebut.